Pardi : haloooo boleh kenalan nggak? Saya Pardi, Kamu dari daerah mana?
Utami : haloo saya Utami, saya dari Bandung, kamu?
Pardi : ooh Bandung, saya dari Jogja
Utami : ooh Jogja, kapan-kapan aku main ke sana lah
Pardi : oke saya tunggu. Boleh minta kontak BBM atau Id linenya
Utami : oke, lewat pesan masuk ya..
Pardi : iya terimaksaih ya, salam kenal..
Utami : salam kenal juga..
Mungkin diatas adalah sedikit cuplikan percakapan yang ada di medsos, Facebook misalnya. Walaupun kurang bisa menggambarkan tentang semua bentuk perkenalan di media sosial seperti itu, tapi setidaknya yang pernah saya amati kurang lebih seperti itu.
Media sosial atau yang biasa disebut medsos di masa kini memang sudah tidak lagi awam bagi kita, apalagi kaum muda dan mahasiswa. Dengan adanya internet dan munculnya smartphone , menjadikan kita setiap hari sulit untuk lepas dari yang namanya media sosial. Entah untuk kepentingan bisnis, komunikasi dengan teman, dengan keluarga, untuk mencari informasi dan berita, ataupun sebatas hiburan semata. Yang jelas media sosial fungsi utamanya adalah untuk saling terhubung seseorang dengan yang lainnya, dari teman dekat, teman jauh bahkan sampai yang belum pernah bertemupun bisa saling terhubung lewat media sosial.
Lewat media sosial misalnya facebok atau Twitter, kita bisa berhubungan dengan banyak orang. Dari yang kita sudah kenal hingga yang belum kita kenal sama sekali. Di twitter atau Facebook kita bisa mengetikan sebuah nama yang kita inginkan di menu pencarian, lalu munculah akun-akun dengan nama yang kita ketikan tadi. Kita tinggal menambahkan teman atau “klik” follow akun- yang kita inginkan untuk menjadi teman kita.
Lalu apa kaitannya dengan Alien? alien yang sering kita dengar selama ini adalah makhluk asing yang datang dari luar angkasa. Kalau konsep Alienasi yang Marx katakan adalah keterasingan sesorang dari dunia yang ia hadapi.
Alien yang saya maksud alien disini adalah teman kita dalam media sosial. Meminjam gagasan Baudrilard tentang Simulacra. Media sosial adalah dunia simulasi atau simulacra seseorang dalam berkomunikasi dengan yang lainnya. Misalnya saya menuliskan sebuah status di Facebook atau tweet di Twitter, dalam hal ini kehadiran saya disitu diwakilkan oleh simbol atau tanda berbentuk sebuah akun dan kelengkapannya, kehadiran saya disitu tidak nyata, kehadiran semu dalam ruang simulasi yang berbentauk media sosial. Kemudian status dan tweet sya dikomentari atau dibalas oleh sebuah akun yang tidak saya kenal sebelumnya. Disitu kita bisa sebut akun tersebut adalah Alien. loh alesannya kenapa?, karena kita belum pernah kenal ataupun bertemu sebelumnya dengan akun tersebut. Dalam waktu yang bersamaan saya sendiripun disitu menjadi alien bagi teman media sosial saya tersebut.
Dari situ timbul kesadaran halusinatif dimana kita merasakan seolah-olah hadir secara nyata dalam dunia media sosial tersebut. Padahal kehadiran kita hanya diwakilkan oleh simbol/tanda berbentuk akun dan seperangkat kelengkapannya. Kehadiran kita semu.
Menolak kehadiran dan menolak memanfaatkan media sosial yang bisa dikatakan simulasi dan maya di era sekarang adalah hal yang mungkin tidak bisa dilakukan. Kenyataan yang ada adalah media sosial sekarang dimanfatakan bukan hanya sebagai kepentingan komunikasi semata. Bisnis, share informasi, survei, iklan ataupun diskusi sekarang bisa dilakukan lewat media sosial. Jadi kalau ada orang yang menolak untuk menggunakan media sosial, apalagi kaum muda dan mahasiswa, percayalah kemungkinan besar dia akan ketinggalan informasi. Memang terlalu banyak menggunakan media sosialpun dapat menjadikan kita bisa lupa akan dunia real disekitar kita. Bahkan kita bisa jadi merasa asing dengan dunia nyata di sekitar kita sendiri.
Solusinya ya memang kita harus bisa memisahkan antara sekedar keinginan untuk menggunakan media sosial dengan yang memang dengan kebutuhan menggunakan media sosial. Agar kita tidak terjebak dalam dunia semu semata.
Abdullah. Penulis adalah Mahasiswa Kebijakan Pendidikan FIP UNY 2013
Leave a Reply