Fenomena Musik Folk Indonesia Dikalangan Anak Muda (Esensi dan Musikalitas Folk Indonesia)

Musik Folk adalah genre musik yang banyak disebut-sebut di majalah musik, televisi dan media masa Indonesia baru-baru ini. Kesan musik yang dingin, tenang, dan cenderung eksentrik ini mampu menarik banyak sekali perhatian di semua elemen lapisan masyarakat, dan anak muda pada khususnya. Bahkan peranan musik folk mampu memberikan tatanan nafas ideologi tersendiri di kalangan anak muda sesuai dengan kebutuhan dan atau kegelisahan terhadap perkembangan sosial musik di wilayahnya. Pada dasarnya musik folk adalah musik kerakyatan yang sarat akan kesederhaaan di kegiatan hidup sehari-hari. Dalam meramu, meng-aransemen dan komposing musik folk itu sendiri sejatinya mengandung banyak sekali unsur-unsur ke-etnisan, tradisi lokal, kebudayaan, bahkan sosial masyarakat yang mampu memberikan warna pada setiap part-part musiknya. Namun sebagian musisi folk hanya memberikan penekanan pada sentuhan nilai kesederhanaannya. Sisi kontemporer dalam musik folk biasa dikemas dengan beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan, peranan, fungsi dan tujuan, sehingga membentuk karakter yang diinginkan oleh musisi.

Asumsi mengenai musik Folk yang berkembang di kalangan anak muda Indonesia era kini adalah, gaya bermusik yang jadul, mengutamakan kebebasan berekspresi pada tatanan musikn, eksentrik, dan mengedepankan instrument analog bahkan hanya instrumen yang seadanya. Instrument analog yang dimaksud disini adalah gitar akustik, ukulele, akordion, jimbe, cajon dsb, dimana unsur-unsur elektrik sedikit ditinggalkan. Hal itu tidaklah salah, karena yang terjadi sekarang adalah kembali pada esensi musikalitas folk yang berusaha bertahan pada kejadulannya, bercerita tentang kesederhanaan di kegiatan hidup sehari-hari. Hal ini memberikan banyak sekali pengaruh bagi para musisi folk di Indonesia. Pasalnya musik-musik folk yang banyak beredar mendapat sentuhan Country, Blues, Ballad, Fado dll, yang sebenarnya terkesan jadul, vintage, dan eksperimental. Dimana genre musik tersebut adalah folklore kebudayaan barat mengisahkan tentang perjuangan, mitologi, liturgi dan kegelisahan hidup disana.

Anak Muda dan Musik Folk

Pada dasarnya penikmat musik Folk tidak hanya anak muda saja, melainkan semua lapisan masyarakat juga ikut menikmatinya. Namun di era kontemporer musik Folk sedang menjangkit di seluruh pori-pori kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan anak muda. Sebenarnya hal ini sangat menarik untuk didiskusikan, karena secara tiba-tiba musik Folk justru begitu populer dibandingkan dengan genre musik yang lainnya. Puluhan bahkan ratusan band Indie berlomba unjuk gigi dalam pentas pertunjukan musik Folk. Folk seakan-akan adalah kiblat yang wajib di imani oleh setiap anak muda. Musik Folk Indonesia mulai di dokumentasikan sejak zaman Gordon Tobing di era 1960-an, diteruskan Kwartet Bintang, Noor Bersaudara, Prambors, Trio Bimbo dan Geronimo. Memasuki era 70-an dan 80-an muncul Iwan Falls, Ebiet G. Ade, Franky and Jane dan banyak lagi. Di tahun 90-an hadir Slank dengan nuansa Folk yang berbeda dengan pendahulunya, meskipun nuansa Folk band ini tidak muncul pada seluruh lagunya dan cenderung tidak dominan. Namun pada periode 90-an ini musik folk menjadi lebih berwarna dan bervariasi. Banyak sekali musisi folk yang sengaja mengajak pendengarnya untuk merenungi segala problematika dan gimmick di sekitar kehidupan sehari-hari. Tidak jarang musik Folk mengandung unsur kritik politik, ekonomi, dan kebudayaan. Sejalan dengan idealisme anak muda yang masih bergelora, musik Folk terkesan berpihak dan merestui ide-ide mereka. Gaya dan pembawaan musik Folk yang bebas lebih diminati daripada trend arus mainstream industrial musik.

Pengaruh ideologi, dan style Folklore barat akhirnya menjadi trend yang berkembang dan paling diminati anak muda. Tolak ukur musik Folk kemudian bergeser menjadi kebarat-baratan. Ide-ide semangat perjuangan rakyat barat kemudian diadopsi dan dimuat dalam musikalitas anak-anak muda di Indonesia. Yang menarik perhatian saya adalah, sangat disayangkan masih banyak sekali masyarakat beranggapan bahwa musik Folk terbatas hanya sampai disitu saja. Trend yang berlaku, diikuti, bahkan diakui hanya terbatas pada trend atau rules Folklore barat saja. Akhirnya esensi musik Folk itu sendiri ‘sedikit’ bergeser kearah gaya hidup populer di kalangan anak muda masa kini. Sehingga musik Folk/Folklore yang berasal dari Indonesia justru sangat sedikit mendapat apresiasi, bahkan yang paling ekstrim adalah mendapatkan tekanan. Unsur-unur etnis, tradisi lokal, kontemporer dan tradisional di Indonesia hanya diminati oleh kalangan anak muda terbatas.

Namun hal ini sangat lumrah untuk kita pahami bersama, karena dalam skala yang lebih luas masih banyak anak muda yang belum bisa menyekat sedikit perbedaan antara musik Folklore dan musik Etnik. Hal ini sangat berpengaruh penting, karena banyak yang beranggapan bahwa musik Etnik sama persis dengan musik Folklore. Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan beberapa perbedaannya.

Musik Folk dan Etnik

Dalam cakupan yang lebih luas, musik Folk dan Etnik hampir tidak memiliki jarak bahkan saling terikat satu sama lain. Akan tetapi Folk berbeda dengan musik Etnik (world music). Musik Etnik dalam peranannya memiliki banyak aturan yang sakral. Seperti aturan penotasian baku, dan haram untuk dilanggar. Sedikit banyak etnomusikolog mengangkat ideologi-ideologi penting dalam musik. Estetika harmoni, dan attitude sangat dijaga betul. Sebagai contoh adalah musik gamelan. Baik gamelan Jawa, Sunda, maupun Bali, memiliki penotasian baku, estetika harmoni, dan attitude yang tetap harus dijaga. Maka sudah saya uraikan diatas, mengapa akhirnya banyak sekali anak muda yang kurang mengapresiasi musik Folklore Indonesia, karena sudah banyak yang salah kaprah mengenai perbedaan ini. Disisi lain adalah karakter musik Etnik yang kaku, minim eksplorasi dan kesakralannya membuat kesan yang ‘membosankan’, sehingga musik ini jarang diminati anak muda. Walaupun demikian, bukan berarti lantas saya mengajak untuk tidak menikmati dan memainkan musik Folk barat atau bahkan antipati dengan hal itu, justru jangan sampai kita meninggalkan tradisi lokal begitu saja.

Berbeda dengan musik Folk, yang tidak terikat oleh penotasian baku, bebas dalam pengekspresian corak musik, bahkan banyak pula mengandung unsur-unsur sarkasme walaupun point pentingnya adalah urusan yang sangat serius sekalipun. Akan sedikit saya beri contoh, lagu dolanan bocah adalah salah satu corak musik Folk, dimana dalam syair, penotasian, dan ekspresi musiknya tidak baku dan cenderung bebas. Misal, “Omh pimpah halai omh gambreng” yang artinya “dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari bermain” , merupakan corak musik yang ekspresif, bebas, tidak baku, akan tetapi mengandung unsur yang sangat penting. Tidak jarang juga musik Folk akan dipadukan dengan unsur musik etnik yang berbeda dalam satu lagu. Baik secara esensial, musikalitas, syair, maupun settingnya. Sebagai contoh, syair diatas sangat umum dinyanyikan oleh masyarakat Jawa, akan tetapi menjadi gaya yang lain lagi apabila dinyanyikan oleh masyarakat Betawi. Walaupun tidak meninggalkan esensi yang sama, namun mampu menciptakan nuansa yang baru. Seperti, ‘Omh pimpah halai omh gambreng, mak Ijah pakai baju rombeng’.

Menghidupkan Kembali Folklore Indonesia

Bagaimanapun juga, Folk tercipta dari corak musik etnik yang dimainkan sehari-hari untuk menghibur diri, membuang rasa jenuh dan kebosanan dengan cara maupun alat yang seadanya. Terlepas dari mulai populernya musik Folk, ada pernyataan yang menyatakan corak musik Folk berbeda-beda antara setiap letak geografis wilayah. Dan pernyataan tersebut kurang lebih adalah benar. Musik Folk terbentuk dari kreatifitas dan kearifan lokal pada suatu masyarakat. Perbedaan bentang alam dan sifat lingkungan akan mempengaruhi cita rasa dari sebuah karya manusia.

Kearifan lokal dan kemampuan beradaptasi masyarakat Indonesia sebenarnya sangatlah luar biasa. Sejak zaman dahulu kala Folklore di Nusantara mampu mengakulturasi berbagai jenis peradaban dan kebudayaan dari mancanegara yang datang ke Nusantara. Hal demikian juga tidak bertentangan dengan esensi musik Folk. Musik Folk sangatlah ‘luwes’ dalam hal bereksperimen dan beradaptasi. Sebagai contoh adalah musik Keroncong. Musik keroncong berasal dari musik Fado yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Nusantara. Dengan Instrumen dawai khas Eropa, mampu diadapstai dan diproyeksikan sesuai dengan nuansa, spirit, tradisi, dan gaya ke-Nusantaraan. Dan pada akhirnya, dunia mengakui musik keroncong sebagai musik Nusantara. Sebagai contoh lain adalah, musik campursari. Musik campursari hidup dan berkembang pesat di Gunungkidul, Yogyakarta. Merupakan interpretasi perkawinan musik gamelan Jawa, dengan musik modern. Berusaha ‘legowo’ bersanding dengan kemajuan zaman, tanpa meninggalkan essensi-essensi kearifan lokal dan folklore daerah setempat. Syair-syair dan tembang Jawa klasik yang pada umumnya hanya terbatas mengkisahkan kisah Raja-Raja, mampu ‘dimurtadkan’ menjadi tembang-tembang kerakyatan, percintaan, maupun perjuangan hidup.

Beberapa contoh yang saya uraikan diatas hanyalah contoh-contoh kecil yang ada di Indonesia. Nusantara sangatlah kaya akan keanekaragaman budaya. Dari 17.850 pulau yang membentang dari barat ke timur, utara ke selatan, memiliki ciri khas yang perlu kita gali bersama-sama. Menikmati, mempelajari, hingga memainkan musik Folklore mancanegara tidaklah salah, tetapi semangat untuk mengangkat kearifan dan isu-isu lokal juga tidak kalah penting. Butuh kebijaksanaan dalam menyikapi perkembangan zaman yang sangat dinamis, arus global, dan modernisasi di dunia. Mental untuk tetap berpegang teguh pada karakteristik lokal, walaupun dipadukan dengan ide-ide dan gagasan terbaru juga tetap harus dijaga. Point penting yang ingin saya sampaikan adalah mari kita mulai menjadi triger untuk lingkungan kita, meng-campaign nilai-nilai yang banyak terkandung mulai dari hal yang paling kecil di sekitar kita, salah satunya adalah kebudayaan Foklore lokal.

Madha Soentoro. Penulis Adalah Mahasiswa Etnomusikologi ISI Yogyakarta dan Komposer Lagu

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.