Kota Gede di pagi hari. Semilir angin genit meraba tiap kulit dan gemulai gerak pohon kelapa membuat ciut tiap hati yang memandang. Bagaimana tidak, satu saja menimpa ndasmu kan yo dadi gawe, ya to? Durung kawin je bos! Respon yang luar biasa! Bagaimana tidak, respon itu merangkum dua hal; Pertama, “sadar diri” jika ternyata urusan jodoh itu memang gampang-gampang banyak susahnya. Kedua, apa benar jika sudah kawin rasanya bisa dipastikan se-gurih itu. Sudah?
Bagong: Truk, kamu itu ngapain sih? Nyapu kok sambil joged-joged kemayu gitu? Nyapu yang bener atau tidak sama sekali, seperti aku, ehehe.
Petruk terpantau cuek.
Gareng: Gong, aku minta kopimu dikit ya?
Bagong: No! Please, leave me alone!
Gareng: Halaaahhh. Ndak usah sok londo kamu, ra masuk blas! Tapi Gong, sudah terlanjur aku seruput, hihi.
Bagong: Mbelgedes kamu, Reng! Hati-hati, tukang minta kopi orang tanpa ijin biasanya hidupnya akan tenggelam dalam kepahitan. Hilang tertelan imaji, lalu dikunyah telinganya oleh serigala-serigala. Tak ada satu pun puisi yang mengabadikannya, lalu. . .
Gareng: Sontoloyo! Doamu lho, Gong!
Semar: Heuuu..hmel hmel. Pagi-pagi kok sudah meriah? Ada apa to cah bagus?
Gareng dan Bagong: Yang bagus sinten Pak?
Semar: Ya kalian berdua, mosok Bapak?
Gareng: Ahihi.
Bagong: Menengo, Reng!
Gareng: Ben to, Bapak itu lho, kok ya sadar diri banget, hihi.
Semar: Heuheu, jadi ada apa tadi? Kok sudah ribut pagi-pagi?
Bagong: Gareng itu lho, Pak. Nyolong kopiku!
Gareng: Halah drama kamu, Gong! Aku cuma nyeruput sedikit aja kok. Tapi, memang ndak ijin sih.
Semar: Heuheu, yasudah bikin lagi saja. Beres to?
Bagong: Reng, bikinin aku kopi lagi dong!
Gareng: Itu suara apaan ya, Gong? Seperti ada yang menyebut namaku.
Bagong: Mbelgedes!
Semar: Uwis-uwis. Sudah. Antara kalian, kopi, dan drama itu memang hal menarik.
Gareng: Menarik apanya, Pak?
Semar: Sejak Galileo mulai menggambar bulan di tahun 1610, kopi dan drama itu memang harus seimbang.
Bagong: Macacih? Tenane, Pak?
Gareng: Lalu aku dan Bagong? Hubungannya apa, Pak?
Semar: Hehe, ayo duduk sini, Bapak ceritain.
Bagong dan Gareng duduk bersila di depan Semar. Keduanya nampak bersemangat menunggu cerita.
Sementara Petruk masih asik joged-joged sendiri.
Semar: Jadi, kalian ini sepertinya terlalu banyak “Tragekomedi”, kekurangan “Tablo.”
Gareng: Apa to itu, Pak? Ndak paham aku.
Bagong: Me too, ehehe.
Prooooootttttt (Bagong kentut sembarangan).
Gareng: Gong! Sontoloyo! Pantat sama soul kok kompak. Sama-sama ndak tau diri!
Bagong: Itu suara apaan ya, Reng? Seperti ada yang menyebut namaku.
Gareng: Wooo, kamu minta di . . .
Semar: Heuheu..lanjut ceritanya?
Gareng: Lanjut!
Bagong: Gas!
Semar: Tragekomedi dan Tablo itu sama-sama Drama. Kalok Tragekomedi itu kalian, sementara Tablo itu seperti Petruk itu.
Gareng: Itu artinya apa, Pak?
Semar: Tragekomedi itu, tragedi dan komedi di campur aduk jadi satu. Tumplek blek.
Bagong: Satunya?
Semar: Sedangkan Tablo itu utamanya adalah gerak, obah. Ndak pakek ngomong, tapi terus bergerak. Asik to?
Gareng: Lalu, hubungannya sama kopi apa, Pak? Mumet aku.
Semar: Ndak usah mumet. Ayo senyum dulu. Hubungannya ya hubungan tanpa status, HTS. Sama-sama paham walau ndak jelas, walau kepingin walau deg-deg-ser.
Bagong: Duuhh, pagi-pagi malah resah jadinya, Pak!
Semar: Bapak punya pertanyaan, siapa yang mau jawab? Yang bisa jawab nanti Bapak belikan Kue Putu!
Bagong dan Gareng: AKU!
Semar: Kalok yang jual lewat, heuheu.
Gareng: Sudah kuduga.
Bagong: Aku pun begitu, Sob!
Petruk: Apa Pak pertanyaannya? Wehehe.
Semar: Jawabannya saja dulu ya. Ini pilihan ganda, tapi cuma ada dua pilihan. Pertama Tragekomedi, kedua Tablo. Pertanyaannya adalah…
Petruk : Adalah?
Bagong : Adalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah?
Gareng : Adalah!!!
Penulis: Pembaca dilarang ikutan emosi lho yaaaaa..Stories instagrammu sudah di intip sama si dia? Belum? Sengaja bikin stories biar dilihat ya? Kode ya? Biar apa? Hihihi.
Semar: Kategori drama yang lebih cocok untuk negara kalian ini adalah?
***
Leave a Reply