Senja dan Sajak yang Terbawa Angin

Senja Terbawa Angin

Senja yang bergelimang dera,

Menyesakkan mataku ikut merana,

Aku terhanyut desirnya ombak,

Terbawa hantaman angin

Aku masih​ tetap terpaku,

Tanpa ada tanya maupun seru

Aku termangu kenapa sembilu kian menggerutu,

Entahlah,

Aku masih lelah

Aku masih sendiri untuk menepi,

Meski telah diminta berulang kali,

Ah sudahlah,

Aku tetap tak mengerti,

Masih seperti terbawa mimpi,

Isakku terus membanjiri,

Putaran memori kian menghantui,

Menyilir rapat tepat ke relung hati,

Aku masih berharap,

Namun semakin ku rasa semakin pengap,

Ada sajak yang masih ku simpan rapat-rapat,

Hingga akhirnya aku mulai penat.

Sajak Pada Masa yang Tertera

Menjadi cerita bagian senja

Entah pada masa yang sama

Namun dengan harapan rasa

Gelombang menghantamnya

Menghujani ribuan tanya

Pada siapa nestapa berirama

Jika simfoni tak lagi tercipta

Dimana ambang waktu yang menderu

Adakala hampa dari harapan palsu

Dimensi kata memutar melingkar

Haluan waktu berbalik menampar

Iya, palsu katanya

Membeku ku dibuatnya

Apa ini takdirnya?

Dari masa yang tak tercipta

Itulah sajak yang tak ku mengerti

Semua tentang sebuah peradaban hati

Pada masa yang berharga

Yang belum mengenal tanya

Kini tak lagi tercipta

Aku ingin mengerti

Tentang lika-liku ini

Aku merebah

Menggugat segala arah

Untuk berkata lelah

Semakin membuatku bersalah

Desis angin memaksa ku

Agar tahu dunia berseteru

Sedang kupikirkan

Sedang ku hening kan

Aku terpaku membisu

Berdiam seperti batu

Ternyata itu baru

Yang lama telah berlalu

Tak semudah pikirku

Kini tinggallah sembilu

***

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.