Aku dan Paradoks Perempuan

Dibelakangmu

Aku dibelakangmu…

Namun belum bisa sentuhmu

Hanya bisa memandang dari jauh,

Punggung kokoh namun nampak hangat itu

Aku dibelakangmu…

Belum bisa raihmu

Hanya sekedar tepuk pundakmu,

Akupun tak seberani itu

Aku masih dibelakangmu

Berharap kelak jadi pengiring setiap sujudmu

Jadi pendorong saat kegusaran menerpamu

Mungkin jua penopang saat kau terjatuh

Dan posisi yang kuharapkan tetap dibelakangmu…

Bukan semata-mata mencari perlindungan darimu

Tidak jua jadi bayangmu

Namun menjadi makmum-mu

Dan kamu sebagai imamku

***

Aku dan Paradoks Perempuan

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering lupa resep masakan yang baru saja diajarkan

Padahal katanya menjadi perempuan harus bisa menghidupi pawon.

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering kebas sebab timpuh terlalu lama

Padahal katanya anak wadon harus timpuh agar terlihat sopan

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering geram melihat ponakan menumpahkan es krim di ranjang

Padahal katanya anak wadon harus sabar untuk bisa jadi ibu idaman

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering keluar hingga larut malam

Padahal katanya itu menyalahi norma sosial

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering acuh akan polesan wajah

Jangankan melukis alis, tersentuh bedak pun hanya sesekali

Padahal katanya anak wadon kudu bisa macak

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering lalai kewajiban agama

Lepas pasang jilbab dengan suka suka

Padahal katanya kelak aku ini madrasah pertama

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Masih sering melihat kamar sendiri tak tertata

Novel, kaos, handuk setengah basah

Masih berserakan kemana mana

Padahal katanya anak wadon harus sigap urusan kebersihan

Aku- anak perempuan banyak kurangnya

Apa masih mau mas, bimbing dan tutupi kurang yang ada?

***

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.