Revolusi dari Gravitasi Kasur: Gagasan Utopis Si Pemalas

Revolusi memang selalu hadir dari struktur sosial. Menyatunya gagasan progresif dengan struktur sosial dapat melahirkan gelombang aksi massa yang menyerukan soal-soal ketidakadilan dan penindasan.

Lantas bagaimana dengan revolusi dari gravitasi kasur?

Smartphone: Sebuah Instrumen

Hampir semua pemuda di negara ini pasti memiliki smartphone. Bahkan ketika bangun tidur dimana gravitasi kasur sangat kuat sekali, smartphone-lah yang dicari pertama kali. Disini saya akan menjelaskan, bagaimana gagasan revolusioner bisa terlahir dari mata sayup, dengan hanya bergumam diatas kasur sambil menatap layar smartphone.

Merevolusi diri sendiri dan bangsa ini tidaklah mudah. Terkadang manusia harus melawan pemikirannya sendiri, meski itu dibawah alam sadar-nya. Lalu, bagaimana ketika ingin merevolusi bangsa ini, dan mendapati pemikiran kita yang tidak melulu sama dengan orang lain? Bagaimana cara memahami pemikiran orang lain, paling tidak teman kita sendiri?

Sebenarnya semua dapat dilihat dari story media sosial teman-teman kita. Story merupakan cerminan dari diri, kebiasaan, gaya hidup, dan karakter mereka. Ketika melihat mereka berhadapan dengan segala aspek yang harus dipikirkan, dengan idealisme mengurung dirinya dalam sebuah sangkar. Sederhana memang, namun cukup bisa memahami pemikiran lain diluar diri kita.

Revolusi dari Gravitasi Kasur

Kapitalisme industri semakin merong-rong para borjuis kecil dengan kemegahan teknologi dan efisiensi kerja. Para kaum borjuis kecil dengan modal yang sangat minim dan peralatan yang jauh dari kata canggih, terpaksa mengedepankan kerja-kerja manusia secara ekstra. Penyelesaian pekerjaan pun cenderung lebih lama dengan hasil yang ditentukan dari ketekunan pekerjanya. Begini lah bangsa ini, hadir dari sebuah cerita dengan segala keruwetannya.

Melihat kondisi bangsa yang seperti ini, maka timbulah kegelisahan. Kegelisahan pun terakumulasi menjadi sebuah pemikiran utopis, dengan melihat kondisi yang ada diatas tempat kita terbaring, yaitu diatas kasur. Saya menyebutnya dengan revolusi dari gravitasi kasur.

Ini timbul karena kasur merupakan tempat ternyaman saat seseorang merasa letih, dimana setiap orang ingin menaruh punggungnya dan menikmati istirahatnya. Revolusi dapat muncul dari atas kasur. Bagaimana itu bisa terjadi? Seperti apa yang dikatakan Bung Karno, “ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.” Setiap manusia berhak mendapatkan ketenangan, memikirkan dirinya sendiri, memikirkan apa yang harus ia perbuat esok hari, hingga muncul pemikiran besar untuk bangsa ini.

Berawal dari Diri Sendiri

Revolusi saat ini dibentuk oleh globalisasi dan modernisasi. Semua orang dibuat asik dengan hidupnya sendiri, acuh pada lingkungan sekitarnya. Bagaimana bisa saya menuding globalisasi sebagai dalang kerusakan manusia yang memiliki jiwa revolusioner. Globalisasilah yang menciptakan keretakan pada struktur sosial, budaya, hingga spiritual.

Kadang kita dibutakan, ditulikan oleh keadaan yang seolah-olah baik. Padalah kalau kita telusuri, masih banyak orang diluar sana yang kesulitan untuk makan dan minum. Begitu banyak orang yang harus putus sekolah bahkan tak mengenyam pendidikan sama sekali. Jelas ini suatu masalah besar bagi bangsa Indonesia.

Hal ini semakin membuat seorang revolusioner harus bekerja sangat berat, karena besarnya polemik diberbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, revolusi harus dimulai dari diri sendiri dengan memanfaatkan teknologi sebijak mungkin. Demikian dengan seseorang yang mempelajari filsafat, bahwa tujuan akhirnya menjadi seseorang yang bijak dalam berpikir, lalu menerapkannya pada aspek sosial. Namun yang menjadi masalah pada aspek sosial tersebut, apa yang kita ucapkan kadang muncul sebuah tindakan yang tidak bisa diterima, begitu juga sebaliknya. Ada kemungkinan seseorang tidak dapat menerima pemikiran orang lain. Menyatukan pikiran harus dijadikan sebuah poin untuk menentukan tindakan. Revolusi dari atas kasur dapat kita lakukan dengan cara bijaksana dalam menggunakan teknologi, “Revolution in era communication and information.”

***

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.