Tanggapan Saya Untuk Artikel Roem Topatimasang: Menjadi Diri Sendiri

“Masalah terbesar yang dihadapi remaja kita saat ini adalah bagaimana bertahan dari tekanan sosial yang memaksa mereka menjadi orang lain.”

Roem Topatimasang

Remaja sekarang, termasuk saya mungkin merasa memiliki waktu luang disaat tidak memiliki tugas, homework, ataupun kegiatan yang lain. Mungkin mereka akan kecanduan HP yang sudah memenuhi dunia mereka. HP merupakan suatu media komunikasi yang bisa digunakan untuk bermain internet dan tentunya bisa digunakan untuk menjelajahi dunia; mengetahui informasi yang ada di luar negeri, dan lain sebagainya. Ada beberapa manfaat dari HP yang sebagian besar kita miliki. Dampak positif dan negatif terpancar jelas, karena kita sering bahkan selalu menggunakan HP setiap hari (termasuk saya) .

Bukan hanya pengaruh yang timbul dari media komunikasi HP saja, tetapi juga dari media informasi lainnya, seperti radio dan televisi. Saya sangat setuju tentang pendapat dari bapak Roem Topatimasang, televisi menyediakan sarana pengiklanan barang maupun jasa. Yang paling ditonjolkan dalam artikel tersebut adalah barang yang berkaitan dengan kecantikan dan fashion yang nantinya akan membawa pengaruh besar, terutama untuk kaum hawa. Dalam ilmu ekonomi, tingkat kepuasan yang dimiliki manusia tidaklah terbatas, tidak memiliki rasa cukup tentang apa yang dimiliki. Tentunya produk tersebut diinginkan produsen untuk meningkatkan jumlah penjualan yang nantinya akan mendapat keuntungan lebih bagi produsen.  Iklan tersebut selalu saja dibintangi oleh para aktor yang cantik, ganteng, handal, dan berpenampilan menarik. Hal ini membuat remaja ingin memiliki produk tersebut. Sebenarnya iklan melatih kita untuk berpikir jernih dan tidak terbodohi, mengapa? Seperti contoh produk kecantikan yang memiliki fungsi untuk mencerahkan dan memutihkan kulit dalam 3 hari. So what, itu termasuk pembodohan. Karena jika menggunakan akal pikiran kita, tidak mungkin menggunakan suatu produk tertentu bisa membuktikan kulit kita bisa berubah secepat itu. Padahal orang yang melakukan perawatan mahal pun belum tentu mendapat hasil yang seperti itu.

Sebenarnya saya sendiri juga melakukan perawatan, karena wajah saya yang sensitif dengan angin dan sinar matahari. Padahal sebelumnya saya juga tidak merasa memiliki kelainan kulit seperti itu. Semanjak masuk SMA, kulit saya menjadi sensitif, mungkin penyebabnya adalah ketidakcocokan udara dan air di tempat sekolah. Karena disini udaranya lengket dan airnya pun asin, mungkin itulah yang membuat wajah saya harus diberi perawatan. Saya sendiri juga memperhatikan penampilan saya, apalagi saya perempuan.

Memutihkan wajah seperti itu tentu saja merubah warna kulit kita seperti warna kulit masyarakat luar negeri. Padahal kita harus bangga dengan apa yang kita miliki sekarang, kita memiliki sesuatu yang diinginkan oleh orang lain. Seperti warna kulit, banyak bule kulit putih yang berjemur karena mengingkinkan warna kulit seperti kita, mereka menganggap kulit kita itu eksotis. Saya sering melihat teman-teman saya hanya meakukan perawatan kulit hanya di wajah, mereka ingin wajahnya putih bersih seperti bule. Pengennya sih pengen nge-trend tapi ya tidak sesuai. Dulu, perbedaan warna kulit di negara Afrika juga menjadi batasan kepada orang berkulit hitam dalam melakukan sesuatu. Orang kulit hitam dianggap memiliki derajat yang rendah dibandingkan dengn orang berkulit putih.

Lalu tentang gaya imitasi anak bangsa terhadap luar negeri dari segi fashion, hairstyle, tetapi ada yang bangga dengan gaya hasil dari meniru tersebut. Bahkan seperti yang ditulis oleh bapak Roem, penampilan hasil copy-paste tersebut dibanggakan dan ditayangkan di televisi. Sungguh sangat memalukan apabila berita tersebut dilihat dan didengar oleh warga negara asing. Selarasnya kita juga harus menciptakan model tersendiri untuk kita dan jika kita mampu gaya tersebut juga ditiru oleh negara lain, pastilah kita bangga dengan semua itu.

Kemudian kita lanjut dengan pendapat kita mengenai cita-cita menjadi petani dan nelayan yang dianggap rendah. Memang banyak orang tua menginginkan putra-putrinya untuk menjadi lebih sukses dari mereka, terkadang melarang anaknya untuk menjadi petani karena alasan pekerjaan tersebut dianggap rendah oleh sebagian masyarakat jika kita bertumpu pada gengsi. Sebenarnya cita-cita menjadi petani itu tidaklah salah, karena petani adalah pekerjaan yang halal dan mulia. Petani menanam padi, sayuran, buah untuk kita. Di era sekarang ini, banyak petani yang menjual sawahnya untuk dibelikan sesuatu yang lebih berharga seperti sepeda motor misalnya. Jika dilihat, harga jual sepeda motor akan semakin murah karena produk motor terus berkembang. Sedangkan tanah semakin hari harganya semakin mahal, entah kenapa alasannya saya belum tahu persis.

Ada alasan lain yang diberikan orang tua, yaitu beranggapan bahwa petani itu bodoh. Itu salah besar, petani sangatlah pintar dalam memainkan otak dalam mengolah sawah. Jika kita dilarang menjadi petani, lalu siapa nantinya yang akan menanam padi untuk kita konsumsi. Bahkan mungkin ada seorang sarjana yang memilih menjadi petani. Mengapa? Karena dia ingin mengembangkan ilmu yang diperoleh semasa kuliah tersebut dengan modal pikiran dengan tenaga sedikit. Barangkali ada juga petani yang mengekspor hasil pertaniannya keluar negeri.

Lalu pekerjaan menjadi nelayan. Sebagian orang menganggap profesi nelayan sebagai pekerjaan rendahan, padahal sebenarnya menjadi seorang nelayan itu sangatlah hebat? Why? Karena alasan yang pertama, menjadi nelayan haruslah siap mental untuk menerjang arus lautan, nelayan juga bisa menentukan arah mata angin tanpa dibantu kompas, nelayan juga bisa menggunakan rasi bintang, nelayan juga bisa memperkirakan ombak yang akan dihadangnya. Menjadi nelayan mungkin membutuhkan pendidikan yang dianggap rendah tetapi disana kita bisa mempelajari banyak hal yang akan memberikan ilmu untuk kita. Menjadi nelayan bisa menjadikan kita kaya, karena jika kita menyewakan kapal dan kita sendiri juga mencari ikan, keuntungan kita sangatlah banyak.

Kesimpulan dari semua ini adalah tetaplah menjaga dan melestarikan budaya kita sendiri, mulai dari adat istiadat, perbuatan, perkataan, dan kebiasaan kita harus sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Apa yang kita miliki sekarang haruslah dijaga dan lestarikan, karena ini merupakan aset berharga bangsa kita. Mengenai cita-cita tidaklah harus menjadi seseorang yang memakai jas dalam bekerja. Pekerjaan yang mulia adalah pekerjaan yang ditekuni meskipun dianggap remeh orang lain, tetapi memberi manfaat yang besar untuk masyarakat.

***

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.